ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA
REMAJA
Remaja adalah kelompok penduduk yang berusia
antara 10-19 tahun, sehingga kesehatan reproduksi remaja memperhatikan
kebutuhan fisik, sosial, dan emosional kaum muda. Masa remaja ialah periode
waktu individu beralih dari fase anak ke fase dewasa. Secara biologik sebagian
besar remaja sudah matang, tetapi secara sosial, mental, dan emosional belum.
Akibatnya dapat terjadi masalah-masalah remaja seperti kehamilan diluar nikah,
abortus dan ketergantungan obat.
Perkembangan Remaja
Tahap perkembangan remaja ada 3, yaitu :
1) Remaja tahap awal (usia 10-14 tahun)
- Berpikir konkret
- Ketertarikan utama adalah pada teman sebaya dengan jenis kelamin sama, disisi lain ketertarikan pada lawan jenis dimulai
- Mengalami konflik dengan orang tua
- Remaja berprilaku sebagai seorang anak pada waktu tertentu dan sebagai orang dewasa pada waktu selanjutnya
2) Remaja tahap menengah (15-16 tahun)
a. Penerimaan kelompok sebaya merupakan isu
utama dan seringkali menentukan harga diri
b. Remaja mulai melamun, berfantasi dan
berpikir tentang hal-hal magis
c. Remaja berjuang untuk mandiri/bebas dari
orang tuanya
d. Remaja menunjukkan prilaku idealis dan
narsistik
e. Remaja menunjukkan emosi yang labil,
sering meledak-ledak dan mood sering berubah
f. Hubungan heteroseksual merupakan hal yang
penting
3) Remaja tahap akhir (17-21 tahun)
- Remaja mulai berpacarandengan lawan jenisnya
- Remaja mengembangkan pemikiran abstrak
- Mulai mengembangkan rencana untuk masa depan
- Berusaha untuk mandiri secara emosional dan finansial dari orangtua
- Cinta adalah bagian dari hubungan heteroseksual yang intim
- Kemampuan untuk mengambil keputusan telah berkembang
Perubahan fisik pada remaja antara lain :
1) Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ
seks, yaitu
a. Menarche pada remaja putrid
b. Mimpi basah pada remaja pria
2) Tanda-tanda seks sekunder, yaitu :
a. Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan
buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar,
badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut disekitar kemaluan dan
ketiak
b. Pada remaja putri, pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara
membesar, tumbuhnya rambut diketiak dan sekitar kemaluan (pubis)
Perubahan kejiwaan pada remaja
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan
fisik, yang meliputi :
1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :
- Sensitive (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa)
- Agresive dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh
2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi :
- Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
- Ingin mengetahui hal-hal baru sehingga muncul prilaku ingin mencoba-coba
ASUHAN KEPERAWATAN UPAYA BUNUH DIRI
A. Konsep Bunuh Diri
Definisi suatu upaya yang disadari dan bertujuan
untuk mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya
melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputu
isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan
kematian, luka atau mernyakiti diri sendiri.
B. Bunuh Diri sebagai Masalah Dunia
Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan
bunuh diri daripada wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat yang
lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri,
atau lompat dari gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan
zat psikoaktif overdosis atau racun, namun sekarang mereka lebih sering
menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih sering memilih cara menyelamatkan
dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain. Data dari Badan Kesehatan Dunia
(WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam
setiap tahunnya atau setiap 40 detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab
utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain karena factor kecelakaan.
Faktor yang berkontribusi pada anak dan remaja.
Keluarga dan lingkungan terdekat menjadi pilar
utama yang bertanggung jawab dalam upaya bunuh diri pada anak dan remaja,
pernyataan ini ditunjang oleh teori Vygotsky bahwa lingkungan terdekat anak
berkontribusi dalam membentuk karakter kepribadian anak, menurut Stuart Sundeen
jenis kepribadian yang paling sering melakukan bunuh diri adalah tipe agresif,
bermusuhan, putus asa, harga diri rendah dan kepribadian antisocial. Anak akan
lebih besar melakukan upaya bunuh diri bila berasal dari keluarga yang
menerapkan pola asuh otoriter atau keluarga yang pernah melakukan bunuh diri,
gangguan emosi dan keluarga dengan alkoholisme.
Faktor lainnya adalah riwayat psikososial seperti
orangtua yang bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan atau stress
multiple seperti pindah, kehilangan dan penyakit kronik kumpulan stressor
tersebut terakumulasi dalam bentuk koping yang kurang konstruktif, anak akan
mudah mengambil jalan pintas karena tidak ada lagi tempat yang memberinya rasa
aman, menurut Kaplan gangguan jiwa dan suicide pada anak dan remaja akan muncul
bila stressor lingkungan menyebabkan kecemasan meningkat.
PERAN PERAWAT DALAM PRILAKU MENCEDERAI DIRI
Pengkajian:
1. Lingkungan dan upaya bunuh diri. Perawat perlu mengkjai pristiwa yang
menghina atau menyakitkan , upaya persiapan , ungkapan verbal, catatan,
lukisan, memberikan benda yang berharga, obat, penggunaan kekerasan, racun.
2. Gejala. Perawat mencatat adaya keputusasaan, celaan
terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, alam perasaan
depresi, agitasi, gelisah, insomnia menetap, bewrat badan menurun, bicara
lamban, keletihan, withdrawl.
3. Penyakit psikiatrik. Upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan
afektif, zat adiktif, depresi remaja, gangguan mental lansia.
4. Riwayat psikososial. Bercerai, putus hubungan , kehilangan
pekerjaan, stress multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan, masalah
sekolah, krisis disiplin, penyakit kronik.
5. Faktor kepribadian. Impulsive, agresif, bermusuhan, kognisi
negative dan kakuk, putus asa, jharga diri rendah, antisocial
6. Riwayat keluarga. Riwayat bunuh diri, gangguan afektif,
alkoholisme
Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi mutilasi diri/kekerasan pada diri
sendiri sehubungan dengan takut terhadap penolakan, alam perasaan yang
tertekan, reaksi kemarahan, ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara
verbal, ancaman harga diri karena malu, kehilangan pekerjaan dan sebagainya.
Sasaran jangka pendek: klien akan mencari bantuan staf bila ada
perasaan ingin mencederai diri
Sasaran jangka panjang : klien tidak akan mencederai diri
Intervensi
dan Rasional
1. Observasi prilaku klien lebih sering
melalui aktivitas dan interaksi rutin, hindari kesan pengamatan dan kecurigaan
pada klien
2. Tetapkan kontak verbal dengan klien bahwa
ia akan memintya bantuan jika keinginan untuk bunuh diri dirasakan
(mendiskusikan perasaan ingin bunuh diri dengan orang yang dipercaya)
3. Jika mutilasi diri terjadi, rawat luka
klien dengan tidak mengusik penyebabnya, jangan berikan reinforcement positive
untuk prilaku tersebut (kurangnya perhatian untuk prilaku maladaptive dapat
menurunkan pengulangan mutilasi).
4. Dorong klien untuk bicara tentang perasaan
yang dimilikinya sebelum prilaku ini terjadi (agar memahami masalah)
5. Bertindak sebagai model dalam
mengexpresikan kemarahan yang tepat (prilaku bunuh diri dipandang sebagai marah
yang diarahkan pada diri sendiri)
6. Singkirkan semua benda yang berbahaya dari
lingkungan klien (keamanan klien merupakan prioritas perwatan)
7. Arahkan kembali prilaku mutilasi dengan
penyaluran fisik (latihan fisik merupakan cara yang aman untuk menyalurkan
ketegangan yang terpendam)
8. Komitment semua staf untuk memberikan
spirit kepada klien
9. Berikan obat-obatan sesuai hasil
kolaborasi, pantau keefektifan, dan efek sampin
10. Gunakan restrain mekanis bila keadaan
memaksa sesuai prosedur tetap
11. Observasi klien dalam restrain tiap 15
menit/sesuai prosedur tetap dengan mempertimbangkan keamanan, sirkulasi darah,
kebutuhan dasar (keamanan klien merupakan prioritas keperawata
INTERVENSI KLIEN BUNUH DIRI
1. Listening, kontrak, kolaborasi dengan
keluarga
Klien bisa ditolong dengan terapi dan mencoba
untuk mengungkapkan peasaannya, berikan dukungan agar dia tabah dsan tetap
berpandangan bahwa hidup ini bermanfaat. Buatlah lingkungannya seaman mungkin
dan jauhkanlah dari alatttt-alat yang bisa digunakan untuk bunuh diri.
2. Pahami persoalan dari kacamata mereka
Harus dihadapi dengan sikap menerima, sabar, dan
empati. Perawat berupaya agar tidak bersikap memvonis, memojokkan, apalagi
menghakimi mereka yang punya niat bunuh diri. Pada saat sedang menderita ia
membutuhkan bantuan orang lain, ia butuh ventilasi untuk mengalirkan perasaan
dan masalahnya. Namun ia biasanya takut untuk mencari pertolongan.
3. Pentingnya partisipasi masyarakat
Gangguan kejiwaan biasanya bisa sembuh hanya perlu
terus dievaluasi karena sewaktu-waktu bisa kambuh, dalam hal ini dukungan
keluarga sangat penting untuk upaya penyembuhan klien , keluarga perlu didukung
masyarakat sekitarnya agar klien gangguan jiwa dianggap sama dngan
penyakit-penyakit fisik lainnya.
4. Expess feeling
Perlu ada dukungan dari lingkungan seperti sharing
atau curhat sehingga membantu meringankan beban yang menerpa, selain mengontrol
emosi, lebih mendekatkan diri kepada yang maha kuasa.
5. Lakukan implementasi khusus, seperti
menjauhkan benda-benda berbahaya darilingkungan klien, dan mengobservasi
prilaku yang berisiko untuk bunuh diri